Finally, I have a chance to write about my experience with my firstborn while he was staying in NICU. This time I am focusing on my lactation story. My son was admitted to NICU because of his breathing and other abnormalities, and he was there for exactly three weeks. I went to visit him 12 hours a day to give him company and provide him the best nutrition in the world, breast milk. I spend 3 hours back and forth commuting by bus-train between my house and hospital. I was exhausted and travel-worn even more because I just had my delivery, but that struggle was nothing than my longing for him.
The nurse recommended a helpful lactation diary book, “NICUに赤ちゃんがいるお母さんのための搾乳ダイアリー” written by Makiko Oyama, a Lactation specialist doctor in Japan, to track my every 2-3 hours pumping. This book helped me a lot to get through the hurdles of breastmilk pumping and encourage me with lots of heartfelt messages. From today onwards, I shall challenge myself to translate those messages from Japanese to English or Bahasa Indonesia. I hope you can found it helpful as well ;).
<<Bahasa Indonesia>>
Diari Laktasi Ibu untuk Si Kecil di NICU
Segala puji untuk Allah yang telah memberikanku kesempatan untuk menulis pengalaman menyusui anak pertamaku yang dirawat di NICU selama 3 minggu di tahun 2016.
Selalu ada cerita dan hikmah di tiap kelahiran anak.
Itulah yang kurasakan saat aku melahirkan anak pertama di tahun 2016. Aku dan bayi berjuang melalui proses panjang 40 jam kontraksi. Ibu lelah, si kecil pun juga.
Begitu bidan memberi aba “sudah keluar!” aku tak mendengar tangis lahirnya. Dia terlihat lemah biru keunguan, tak bernafas. Dokter langsung memberikan tindakan pertama dan Alhamdulillah, hanya dengan ijin Allah dia bisa kembali bernafas. Karena beberapa kondisi kesehatannya, si kecil harus dirawat di NICU. Duh jadi ke mana-mana kalau cerita proses kelahiran.
Singkat cerita, si kecil dirawat di NICU karena problem utama pernafasan. Selama di NICU, si kecil dapat ASIP dari stok yang saya perah di rumah maupun selama jam kunjung dan susu formula di waktu tertentu. Rumah sakit si kecil dirawat itu sangat pro-ASI, jadi sebisa mungkin kalau ada stok ASIP diutamakan. Tapi, ada juga waktu di mana bayi mendadak lapar, *cemilan kali ya :p, yang mana waktu pencairan/penyiapan ASIP tidak terkejar sehingga di situlah peran susu formula dibutuhkan. Tentang sufor, Alhamdulillah, setelah berdiskusi dengan pihak RS, mereka bisa menyediakan sufor yang muslim-friendly.
Aku berjuang untuk memompa ASI bagaimana caranya agar melimpah, apalagi di awal produksi asi itu sedikit sekali. Tidak sampai 0.1 ml!
Kaget, kok hanya segini. Lalu perawat menenangkan saya dengan berkata bahwa hal itu memang wajar di hari pertama lahir. Tiga hari pertama bayi lahir itulah ASI VIP aka ASI penuh colostrum. Colostrum sangat penting bagi pertumbuhan dan kesehatan si kecil. Sedikit tapi padat gizi. Setelahnya, produksi susu akan bertambah sesuai kebutuhan bayi. Lambung bayi baru lahir masih kecil sekali, sehingga mereka minum sedikit tapi sering. Dengan jumlah segitu InsyaAllah cukup. Yang penting lanjutkan!
Memompa ASI itu perjuangan! Aku harus berjibaku untuk tepat waktu memerah karena satu kunci sukses ASIP: peras/pompa setiap 2-3 jam dengan lama waktu sekitar 30 menit. Perawat di rumah sakit si kecil dirawat merekomendasikan buku diari laktasi karya dokter Makiko Oyama, seorang spesialis laktasi di Jepang. Buku ini sangat membantu saya untuk mencatat waktu pompa, jumlah perahan, dan sebagainya. Karena dicatat, jadi memudahkan untuk lihat jumlah kenaikan produksi ASIP. Selain itu, pesan-pesan dan catatan penting tertulis di tiap halaman jadi motivasi para pejuang ASIP agar pantang menyerah. InsyaAllah saya akan terjemahkan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Semoga membantu ;)
from lactation « WordPress.com Tag Feed https://ift.tt/3jKz6Jb
article sponsered by Northern Michigan certified lactation consulting and Mother Hubbards Country Cupboard
No comments:
Post a Comment